Budidaya dan Ternak Ikan Patin Prospek yang Menguntungkan di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 saat ini memiliki dampak yang cukup signifikan di seluruh wilayah dunia, tak terkecuali di Indonesia. Akibat yang ditimbulk...

Pandemi Covid-19 saat ini memiliki dampak yang cukup signifikan di seluruh wilayah dunia, tak terkecuali di Indonesia. Akibat yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 ini juga mengenai sektor perekonomian masyarakat di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Kuantan Singingi. Meski Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) saat ini berstatus sebagai zona hijau alias wilayah bebas Covid-19, bukan berarti dampak dari pandemi Covid-19 tidak dapat menjangkau wilayah Kuansing.

Sebagian besar masyarakat Kuansing berprofesi sebagai petani dan pedagang, diantaranya ada yang berprofesi sebagai petani karet, petani sawit, pedagang kaki lima, hingga pedagang yang berdagang di toko miliknya sendiri. Namun sejak pandemi Covid-19, masyarakat Kuansing sangat mengeluhkan murahnya harga karet dan sawit yang menjadi penghasilan utama mereka.

Dan dengan murahnya harga karet dan sawit tentu akan berdampak pada penghasilan masyarakat yang semakin rendah. Akibatnya, dampak yang ditimbulkan ini juga berimbas pada kurangnya daya beli masyarakat kepada para pedagang sehingga pedagang pun juga ikut terkena dampak yang di akibatkan menurunnya harga karet dan sawit.

Terhitung sejak pertengahan April 2019, harga karet di Kuansing hanya berkisar di angka 5 ribu hingga 6 ribu rupiah per kilogram. Sedangkan harga sawit tidak lebih dari seribu rupiah perkilogramnya. Hampir semua aspek perekonomian di Kuansing menurun sejak pandemi covid-19 ini sehingga banyak masyarakat menjerit dan resah akibat dampak yang ditimbulkannya.

Namun, ada beberapa prospek pekerjaan yang dan usaha yang bisa kita lakukan di tengah pandemi Covid-19 ini. Salah satunya adalah usaha budidaya dan peternakan ikan Patin. Harga ikan patin di pasaran kabupaten Kuansing terpantau sejak pandemi Covid-19 hingga saat ini masih terpantau normal. Harga ikan Patin di pasaran berkisar antara 22-25 ribu rupiah per kilogram.

Salah satu masyarakat yang membudidaya ikan patin adalah Riduan, warga Desa Sitorajo Kari Kecamatan Kuantan Tengah. Dalam sebuah wawancara, Riduan mengatakan bahwa budidaya ikan Patin tidaklah terlalu sulit. Untuk langkah awal, anda hanya perlu membeli bibit ikan Patin tersebut yang disesuaikan dengan ukuran kolam yang anda punya. Setelah itu, anda bisa mulai untuk memberi makan ikan dengan pelet hingga berusia 1 bulan.

Setelah satu bulan, anda bisa memberi ikan Patin tersebut pakan alami. ikan patin termasuk hewan pemakan segala (omnivora). Selain di beri pelet, ia biasanya juga bisa diberi makan tempe yang telah busuk, sayur-sayuran hingga usus ayam. Anda bisa memberi pakan ikan tersebut sampai 4 bulan. Dan setelah ikan berusia 4 bulan, maka anda bisa langsung panen.

Riduan juga mengatakan bahwa dengan pemberian pakan seperti itu, akan meningkatkan kualitas daging ikan tersebut sehingga ikan akan terasa lebih alami karena minim pemberian pakan pelet. Daging ikan akan terasa lebih nikmat dan lendir di dalam daging ikan juga akan lebih sedikit saat dimasak dan dikonsumsi. Perbandingan pemberian pelet dan pakan alami yaitu sekitar 1 berbanding 3. Artinya jika anda memberi makan ikan 3 kali sehari, maka ikan hanya diberi 1 kali pakan pelet, dan sisanya adalah pakan alami.

Hasilnya, peminat ikan tersebut akan sangat banyak dan saat panen berlangsung akan banyak distributor yang ingin membeli ikan tersebut ke tempat anda. Ikan yang lebih alami akan terasa lebih kenyal dan tidak terlalu berbau amis saat dimasak. Semakin baik kualitas ikan yang kita produksi maka permintaan terhadap ikan akan semakin meningkat pula.

Disusun oleh: Muhammad Rofii Arrasyid, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Semester IV, UIN Suska Riau.

Related

Opini 1987637841329244246


Terhangat Minggu Ini

Terbaru

item